Senin, 04 Juni 2012

asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena manusia maupun karena kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat yang data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik (Keliat dkk, 2007).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.  Dari  hasil  riset  ditemukan  bahwa  masalah  kesehatan  fisik mengakibatkan  harga  diri  rendah.  Harga  diri  tinggi  terkait  dengam  ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga  diri  rendah  terkait  dengan  hubungan  interpersonal  yang  buruk  dan resiko terjadi harga diri rendah (Rusniati 2008).
 Gangguan  harga  diri  dapat  digambarkan  sebagai  perasaan  negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah  dapat  terjadi  secara  situasional  (trauma)  atau  kronis  (negatif  self evaluasi  yang  telah  berlangsung  lama).  Dan  dapat  di  ekspresikan  secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep  diri  sangat  erat  kaitannya  dengan  diri  individu.  Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri  yang  baik  dan  stabil.  Konsep  diri  adalah  hal-hal  yang  berkaitan  dengan ide,  pikiran,  kepercayaan  serta  keyakinan  yang  diketahui  dan  dipahami  oleh individu  tentang  dirinya.  Hal  ini  akan  mempengaruhi  kemampuan  individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung  ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan  orang  lain  termasuk  berbagai  stressor  yang  dilalui  individu  tersebut. Hal  ini  akan  membentuk  persepsi  individu  terhadap  dirinya  sendiri  dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambaran  penilaian  tentang  konsep  diri  dapat  di  ketahui  melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri  dari  beberapa  bagian,  yaitu: gambaran  diri  (body Image),  ideal  diri, harga diri, peran dan identitas (Rusniati, 2008).
Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan mencapai jka pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat ( 2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam bentuk piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan kesehatan bersifat berkesinambungan darai komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya.Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah puskesmas, rumah sakit umum, dan yang paling tinggi adalah pelayanan di rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa (Keliat dkk, 2007).
Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah imulai di Indonesia yaitu di NAD, dan Nias daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Benruk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Community Mental Health Nursing/ CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas diberikan oleh perawat puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health Nursing. Dengan keberhasilan program CMHN, pasien yang tidak tertangani di masyarakat diharapkan akan irujik ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik an spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik (Keliat dkk, 2007).

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka terdapat banyak masalah yang muncul terutama dalam perawatan pasien gangguan  jiwa  dengan  harga  diri  rendah.  Dalam  hali  ini  klien  merasa  harga dirinya hilang, merasa kecewa, adanya kegagalan dan ketidak berdayaan.

C.  Tujuan
Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu :
a.    Tujuan Umum
1.    Meningkatkan  kesadaran  masyarakat  akan  pentingnya  kesehatan jiwa sebagai suatu milik masyarakat yang berharga.
2.    Membantu  masyarakat  agar  mampu  memprakarsai  atau  berupaya dalam  kegiatan  kesehatan  jiwa  baik  secara  perorangan  maupun berkelompok.
3.    Meningkatkan  penggunaan  sarana  pelayanan  kesehatan  jiwa  yang tersedia.
b.    Tujuan Khusus
1.    Meningkatkan  pengetahuan  klien  tentang  berbagai  gangguan  dan penyakit jiwa dalam klien.
2.    Mendorong  partisipasi  aktif  klien  dalam  perencanaan  dan pelaksanaan program kesehatan jiwa.
3.    Menciptakan  nilai  dan  norma  sosial  yang  menunjang  upaya  untuk meningkatkan kondisi dan kegiatan kesehatan jiwa.

D.  Manfaat
1.    Manfaat Teoritis
Diharapkan  dapat  memberikan  sumbangan  ilmiah  bagi  wahana perkembangan  ilmu keperawatan  khususnya  keperawatan komunitas terutama jiwa di masyarakat  yang  berhubungan  gangguan  jiwa  dengan  harga diri rendah
2.    Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dan pendidik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan harga diri rendah.



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan renah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negarif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2007). Harga diri juga dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.

B.  Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala dari harga diri antara lain:
1.    Mengkritik diri sendiri.
2.    Perasaan tidak mampu.
3.    Pandangan hidup yang pesimis
4.    Penurunan produktivitas.
5.    Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan harga diri rendah dapat diamati dari penampilan seseorang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

C.  Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

D.  Tindakan Keperawatan
Setelah menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:


1.      Tindakan keperawatan pada pasien
a.       Tujuan keperawatan
1)      Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2)      Pasien dapat menilai kemempuan yang dapat dilakukan.
3)      Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4)      Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
5)      Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal.
b.      Tindakan keperawatan
1)      Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untik membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, dengan melakukan hal-hal berikut ini:
a)      Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b)      Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif
2)      Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
a)      Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat dilakukan saat ini.
b)      Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c)      Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif.
3)      Membantu pasien untuk memilih atau menetapkan kemempuan yang akan dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a)      Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan diplih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b)      Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
4)      Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:
a)      Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan keiatan.
b)      Bersama pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan.
c)      Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5)      Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
a)      Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.
b)      Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c)      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
d)     Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
e)      Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
2.      Tindakan keperawatan pada keluarga
a.       Tujuan keperawatan
1)      Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2)      Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
3)      Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4)      Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b.      Tindakan keperawatan
1)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2)      Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
3)      Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang imiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya.
4)      Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
5)      Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
6)      Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah di demonstrasikan sebelumnya.
7)      Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
3.      Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok untu k pasien harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasipersepsi yang terdiri dari dua hal berikut:
a.       Sesi 1; mengidentifikasi hal positif diri
b.      Sesi 2; melatih positih pada diri.

E.  Evaluasi Keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien harga diri rendah.






















BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT

A.  Pengkajian Keperawatan
1.Data Inti (Core)
a. Riwayat
1) Usia penderita:
a) Anak                   : 15 – 20 tahun
b) Orang tua           : 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah.
3) Riwayat trauma       : takut yang berlebihan
4) Konflik                    : penganiayaan
b. Demografi
1) Vital statistik:
Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga.          
2) Agama         : Islam
3) Budaya        : Jawa

2. Data Delapan subsistem
a. Lingkungan fisik
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi udara, karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang.  Di Kelurahan Patimuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu masih mampu menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi.
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas normal, karena di Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun industri. Selain itu kendaraan bermotor yang bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari.
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada pagar pembatas untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor pengganggu seperti hewan buas ataupun hewan pemangsa tidak ada.
Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih bisa di hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu.

b. Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap malam ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda “onthel” dan sebagian kecil menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus jalan kaki dahulu keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos kamling setiap malam, warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk situasi keamanan lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan apalagi perkelahian antar warga. Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat penghasilan warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang halal, untuk pencurian atau perampokan jarang terjadi.
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya apabila hujan licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih ada yang terjatuh gara-gara selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan tersebut. 

c.    Petugas di jalan raya
Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan sudah bekerja seoptimal mungkin. Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap pengendara sepeda motor memakai helm, dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk pengaman. Jadi walaupun di jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir.
Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah dihubungkan dengan jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan. Jadi untuk keamanan sudah terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai, kalaupun itu hujan deras.

d.  Politik & pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam berdarah, diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam prakteknya keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan pengobatan terkait. Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan warga Kelurahan Patimuan.
Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang terlihat. Pemerintah setempat lebih tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan jiwa masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau. Ada puskesmas pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu, batuk, dan panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu berpengaruh dengan masih tingginya tingkat stress warga di Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan adalah memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang. Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana Kelurahan. Jadi deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan terutama kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian walaupun itu baru stress masyarakat.
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk penyakit yang serius akan di rujuk di rumah sakit terdekat.

f.  Komunikasi
Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan Patimuan adalah musyawarah yang dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap informasi yang ada sering dilakukan melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media yang menjelaskan mengenai kesehatan jiwa.

g.  Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian keluarga di kelurahan Patimuan, maka kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah pada anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun karena musim yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan kendaraan sepeda motornya untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya.
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Karena kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian warga beralih ke pekerjaan yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan juga pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi.

h.  Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di kelurahan Patimuan adalah bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada sore hari dan banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional sebagian warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat berkumpul di lingkungan rumah.

B.  Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan  dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama orang tua.

C.  Perencanan
1.    Tujuan Jangka Panjang
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah.

2.    Tujuan Jangka Pendek
a.    Orangtua di Kelurahan Patimuan dapat mengatasi Stres.
b.    Tidak terjadi Kekerasan pada remaja di kelurahan Patimuan.
c.    Remaja di Kelurahan Patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
d.   Percaya Diri paa remaja di kelurahan Patimuan meningkat.
e.    Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.


D.  Tindakan
Dx
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Strategi
Rencana Kegiatan
Sumber
Tempat
Waktu
Kriteria
Standar Evaluasi
Evaluator
Dx. I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan orangtua di Kelurahan Patimuan bisa melakukan tindakan koping yang efektif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu :
Warga Kelurahan Patimuan dapat membentuk kelompok kerja kesehatan jiwa di desa dan kelompok pendukung .
Proses kelompok
1.   Pembentukan kelompok kerja kesehatan jiwa di desa
2.   Pembentukan kelompok pendukung seperti kelompok pengajian, kelompok diskusi kesehatan jiwa.
1.   Kader kesehatan
2.   Tokoh masyarakat
3.   Mahasiswa
4.   Materi tentang kesehatan jiwa

Aula Kelurahan Patimuan

Setiap hari minggu, dilakukan 2 kali/ minggu.
Respon verbal
1. Warga mengikuti kelompok kerja kesehatan jiwa di desa
2. Warga mengikuti kelompok pengajian
Mahasiswa
Kader kesehatan









Setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 2 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan demonstrasi tentang bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah yang baik.
Pedidikan kesehatan Jiwa melalui Formasi kepemimpinan
1.       Latihan kepemimpinan
(mengadakan training motivasi)
2.       Edukasi (penyuluhan tentang bagaimana cara memecahkan masalah)
1.     kader kesehatan
2.     tokoh masyarakat
3.     Tokoh Agama
4.     mahasiswa
5.     materi tentang kesehatan jiwa

Aula Kelurahan Patimuan

Setiap hari minggu, dilakukan 2 kali/ 1 minggu
Respon verbal
1.     Warga mengikuti training motivasi
2.     Warga bisa menyebut bagaimana cara memecahkan masalah
Mahasiswa
Kader kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan studi kasus tentang masalah yang sering dihadapi
Pemberdayaan dan kemitraan
1.     Pembinaan keluarga sehat dan anggota keluarga resiko gangguan jiwa membahas kasus terkait manajemen stress dan di diskusikan.
2.    Pembinaan kelompok dan masyarakat melalui kunjungan Perawat Puskesmas/Komunitas
3.     Kerjasama LP dengan Dinas Kesehatan Kabupaten berupa pengadaan kegiatan rutin Life Skill Education dan LS berupa pelatihan kewirausaan dari Dinas Perikanan.
1.     kader kesehatan
2.     tokoh masyarakat
3.     mahasiswa
4.     materi tentang kesehatan jiwa

Aula Kelurahan Patimuan

Setiap hari minggu, dilakukan 2 kali/ 1 minggu
Respon Psikomotor





Respon Afektif
1.     warga aktif diskusi terkait kasus yang ada
2.     warga terkontrol emosinya dengan kelompok diskusi tersebut
3. Masyarakat lebih mampu menghadapi kemungkinan masalah yang ada warga terbuka wawasan dan peluang usaha untuk perbaikan ekonominya.
Mahasiswa
Kader kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan studi kasus tentang masalah yang sering dihadapi
Intervensi profesional
1.   Terapi modalitas keperawatan berupa pemberian teknik relaksasi nafas dalam.
2.   Terapi komplementer berupa manajemen stress
3.   Pemberian bimbingan keagamaan (spiritual)
1.   Perawat
2.   Tokoh masyarakat
3.   Tokoh agama
4.   Mahasiswa


Aula KelurahanPatimuan
Setiap 2 hari sekali/minggu
Respon verbal
1.     Warga merasa lebih tenang
2.     Warga merasa lebih semangat
3.     Warga bisa mengontrol emosinya
Mahasiswa dan kader kesehatan











Tidak ada komentar:

Posting Komentar