BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena
manusia maupun karena kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat yang
data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan jiwa masyarakat, baik
yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang ringan berupa
masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang
yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan
psikosis dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak
ditangani dengan baik (Keliat dkk, 2007).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada
saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil
riset ditemukan bahwa
masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga
diri rendah. Harga
diri tinggi terkait
dengam ansietas yang rendah,
efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri
rendah terkait dengan
hubungan interpersonal yang
buruk dan resiko terjadi harga
diri rendah (Rusniati 2008).
Gangguan harga
diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional
(trauma) atau kronis
(negatif self evaluasi yang
telah berlangsung lama).
Dan dapat di
ekspresikan secara langsung atau
tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep
diri sangat erat
kaitannya dengan diri
individu. Kehidupan yang sehat,
baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang
baik dan stabil.
Konsep diri adalah
hal-hal yang berkaitan
dengan ide, pikiran, kepercayaan
serta keyakinan yang
diketahui dan dipahami
oleh individu tentang dirinya.
Hal ini akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan
interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi
secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu,
konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu konsep diri
juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain termasuk berbagai
stressor yang dilalui
individu tersebut. Hal ini
akan membentuk persepsi
individu terhadap dirinya
sendiri dan penilaian persepsinya
terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambaran penilaian
tentang konsep diri
dapat di ketahui
melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep
diri itu sendiri terdiri dari beberapa
bagian, yaitu: gambaran diri
(body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas
(Rusniati, 2008).
Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat
memungkinkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan
normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan mencapai jka pasien gangguan jiwa
ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan produktivitas pasien
gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (
2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam
bentuk piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan
kesehatan bersifat berkesinambungan darai komunitas ke rumah sakit dan
sebaliknya.Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk
pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan lanjutan berikutnya
adalah puskesmas, rumah sakit umum, dan yang paling tinggi adalah pelayanan di
rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa
(Keliat dkk, 2007).
Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan
jiwa telah imulai di Indonesia yaitu di NAD, dan Nias daerah yang terkena
dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Benruk pelayanan yang
diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Community Mental Health Nursing/ CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas diberikan oleh perawat
puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic
Course of Community Mental Health Nursing. Dengan keberhasilan program
CMHN, pasien yang tidak tertangani di masyarakat diharapkan akan irujik ke
rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik an spesialistik.
Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik
(Keliat dkk, 2007).
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka terdapat banyak masalah
yang muncul terutama dalam perawatan pasien gangguan jiwa
dengan harga diri
rendah. Dalam hali
ini klien merasa
harga dirinya hilang, merasa kecewa, adanya kegagalan dan ketidak
berdayaan.
C. Tujuan
Tujuan
penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tujuan
Umum
1. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan jiwa sebagai suatu milik masyarakat yang berharga.
2. Membantu masyarakat
agar mampu memprakarsai
atau berupaya dalam kegiatan
kesehatan jiwa baik
secara perorangan maupun berkelompok.
3. Meningkatkan penggunaan
sarana pelayanan kesehatan
jiwa yang tersedia.
b. Tujuan
Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan
klien tentang berbagai
gangguan dan penyakit jiwa dalam
klien.
2. Mendorong partisipasi
aktif klien dalam
perencanaan dan pelaksanaan
program kesehatan jiwa.
3. Menciptakan nilai
dan norma sosial
yang menunjang upaya
untuk meningkatkan kondisi dan kegiatan kesehatan jiwa.
D. Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
Diharapkan
dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan komunitas terutama jiwa di masyarakat yang
berhubungan gangguan jiwa
dengan harga diri rendah
2. Manfaat
Praktis
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dan pendidik mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan harga diri rendah.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan renah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negarif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2007). Harga diri juga
dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala dari harga diri antara lain:
1. Mengkritik
diri sendiri.
2. Perasaan
tidak mampu.
3. Pandangan
hidup yang pesimis
4. Penurunan
produktivitas.
5. Penolakan
terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan
harga diri rendah dapat diamati dari penampilan seseorang tampak kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat
dengan nada suara lemah.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui
observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder,
maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan konsep diri: harga diri
rendah.
D. Tindakan Keperawatan
Setelah
menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di
lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:
1. Tindakan
keperawatan pada pasien
a. Tujuan
keperawatan
1) Pasien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Pasien
dapat menilai kemempuan yang dapat dilakukan.
3) Pasien
dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4) Pasien
dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
5) Pasien
dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal.
b. Tindakan
keperawatan
1) Identifikasi
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untik membantu pasien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, dengan melakukan
hal-hal berikut ini:
a) Diskusikan
tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
b) Beri
pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif
2) Bantu
pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
a) Diskusikan
dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat dilakukan saat ini.
b) Bantu
pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
c) Perlihatkan
respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu
pasien untuk memilih atau menetapkan kemempuan yang akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Diskusikan
dengan pasien kegiatan yang akan diplih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
b) Bantu
pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau
dengan bantuan minimal.
4) Latih
kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:
a) Diskusikan
dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan keiatan.
b) Bersama
pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan.
c) Berikan
dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Bantu
pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
a) Beri
kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.
b) Beri
pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c) Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
d) Susun
jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
e) Berikan
pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
2. Tindakan
keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
keperawatan
1) Keluarga
dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga
dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
3) Keluarga
dapat memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4) Keluarga
mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan
keperawatan
1) Diskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan
kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
3) Diskusikan
dengan keluarga mengenai kemampuan yang imiliki pasien dan puji pasien atas
kemampuannya.
4) Jelaskan
cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
5) Demonstrasikan
cara merawat pasien harga diri rendah.
6) Beri
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien harga diri
rendah seperti yang telah di demonstrasikan sebelumnya.
7) Bantu
keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
3. Terapi
aktivitas kelompok
Terapi
aktivitas kelompok untu k pasien harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasipersepsi yang terdiri dari dua hal berikut:
a. Sesi
1; mengidentifikasi hal positif diri
b. Sesi
2; melatih positih pada diri.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah
tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien harga diri
rendah dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien harga diri
rendah.
BAB
III
PROSES
KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT
A. Pengkajian Keperawatan
1.Data Inti (Core)
a.
Riwayat
1)
Usia penderita:
a)
Anak : 15 – 20 tahun
b)
Orang tua : 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan
konsep diri: harga diri rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya
di sekolah.
3)
Riwayat trauma : takut yang
berlebihan
4)
Konflik : penganiayaan
b.
Demografi
1)
Vital statistik:
Kelurahan
Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan
berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang,
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Maos. Kelurahan Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5
RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga.
2)
Agama : Islam
3)
Budaya : Jawa
2. Data Delapan subsistem
a. Lingkungan fisik
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih
tidak ada polusi udara, karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon
rindang. Di Kelurahan Patimuan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu
masih mampu menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi.
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih
diambang batas normal, karena di Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik
ataupun industri. Selain itu kendaraan bermotor yang bisa menjadi sumber
kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga di
Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas
sehari-hari.
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan
dekat, hampir tak ada pagar pembatas untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk
di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor pengganggu seperti hewan buas ataupun
hewan pemangsa tidak ada.
Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan
Patimuan lulusan SD, urutan yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA.
Untuk yang sekolah sampai sarjana masih bisa di hitung dengan jari. Sarana
pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana pendidikan jiwa,
belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan Patimuan,
untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu.
b.
Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya
digilir. Jadi setiap malam ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling
Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung jawab keamanan di
Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah
sepeda “onthel” dan sebagian kecil menggunakan motor sebagai alat
transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus jalan kaki dahulu
keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk
keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos
kamling setiap malam, warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan
barang-barangnya sendiri. Jadi untuk situasi keamanan lingkungan masih terjaga.
Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan apalagi perkelahian antar warga.
Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat penghasilan warganya
tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang halal, untuk
pencurian atau perampokan jarang terjadi.
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi,
selain karena jalannya apabila hujan licin, dan apabila musim kemarau berdebu.
Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih ada yang terjatuh gara-gara
selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan tersebut.
c. Petugas
di jalan raya
Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan
sudah bekerja seoptimal mungkin. Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi
yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap pengendara sepeda motor memakai helm,
dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk pengaman. Jadi walaupun di jalan
raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir.
Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah
dihubungkan dengan jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan
bangunan. Jadi untuk keamanan sudah terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa
sungai, kalaupun itu hujan deras.
d. Politik
& pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap
dengan kejadian gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan
masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam berdarah, diare, kusta,
terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum mendapatkan
perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah
dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam
prakteknya keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan
pengobatan terkait. Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal.
Stigma negatif untuk orang dengan gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan
warga Kelurahan Patimuan.
Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang
terlihat. Pemerintah setempat lebih tertarik membiayai pemenuhan sarana dan
prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di kesehatannya, lebih-lebih
tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan jiwa
masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin
meningkatnya kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu
kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat
kurang terjangkau. Ada puskesmas pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani
penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu, batuk, dan panas. Puskesmas di
Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses pelayanan kesehatan
tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah
belum begitu berpengaruh dengan masih tingginya tingkat stress warga di
Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan adalah memberikan
penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang. Dampak
pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk
kejadian gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana
Kelurahan. Jadi deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh
petugas pelayanan kesehatan terutama kita sebagai perawat. Tidak menungga ada
kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian walaupun itu baru stress
masyarakat.
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah
kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, pelayanan kesehatan untuk masyarakat
yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk penyakit yang serius akan di
rujuk di rumah sakit terdekat.
f. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan
Patimuan adalah musyawarah yang dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan,
serta setiap informasi yang ada sering dilakukan melalui masjid yang ada. Media
komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti oleh warga, namun
terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media yang
menjelaskan mengenai kesehatan jiwa.
g. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian
keluarga di kelurahan Patimuan, maka kesejahteraan masyarakatnya masih rendah.
Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka ada sebagian keluarga yang
mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah pada anak
sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan
masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun
karena musim yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan
kendaraan sepeda motornya untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan
rumahnya.
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap
kesehatan jiwa masyarakat. Karena kebanyakan warga hanya petani, pada saat
musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian warga beralih ke pekerjaan
yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan juga pendapatan yang
kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai pelampiasan
kekesalannya terhaap kondisi ekonomi.
h. Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga
yang ada di kelurahan Patimuan adalah bermain bersama di lapangan bola setiap
sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga yang ada di
kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada sore hari dan
banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi
yang ada cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya
kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering berdiskusi untuk mengatasi
masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional sebagian warga yang sering
marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat berkumpul di
lingkungan rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Harga
diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan
Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan
dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama orang tua.
C. Perencanan
1. Tujuan
Jangka Panjang
Koping
komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah.
2. Tujuan
Jangka Pendek
a. Orangtua
di Kelurahan Patimuan dapat mengatasi Stres.
b. Tidak
terjadi Kekerasan pada remaja di kelurahan Patimuan.
c. Remaja
di Kelurahan Patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
d. Percaya
Diri paa remaja di kelurahan Patimuan meningkat.
e. Kedekatan
orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
D. Tindakan
Dx
|
Tujuan Umum
|
Tujuan Khusus
|
Strategi
|
Rencana Kegiatan
|
Sumber
|
Tempat
|
Waktu
|
Kriteria
|
Standar Evaluasi
|
Evaluator
|
Dx. I
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan orangtua
di Kelurahan Patimuan bisa melakukan tindakan koping yang efektif.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 minggu :
Warga Kelurahan Patimuan dapat
membentuk kelompok kerja kesehatan jiwa di desa dan kelompok pendukung .
|
Proses kelompok
|
1.
Pembentukan kelompok kerja kesehatan jiwa di desa
2.
Pembentukan kelompok pendukung seperti kelompok
pengajian, kelompok diskusi kesehatan jiwa.
|
1.
Kader kesehatan
2.
Tokoh masyarakat
3.
Mahasiswa
4.
Materi tentang kesehatan jiwa
|
Aula Kelurahan Patimuan
|
Setiap hari
minggu, dilakukan 2 kali/ minggu.
|
Respon verbal
|
1. Warga mengikuti
kelompok kerja kesehatan jiwa di desa
2. Warga mengikuti
kelompok pengajian
|
Mahasiswa
Kader kesehatan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu warga
kelurahan patimuan dapat melakukan demonstrasi tentang bagaimana cara menyelesaikan
suatu masalah yang baik.
|
Pedidikan
kesehatan Jiwa melalui Formasi kepemimpinan
|
1.
Latihan kepemimpinan
(mengadakan training motivasi)
2.
Edukasi (penyuluhan tentang bagaimana cara
memecahkan masalah)
|
1.
kader kesehatan
2.
tokoh masyarakat
3.
Tokoh Agama
4.
mahasiswa
5.
materi tentang kesehatan jiwa
|
Aula Kelurahan Patimuan
|
Setiap hari
minggu, dilakukan 2 kali/ 1 minggu
|
Respon verbal
|
1. Warga mengikuti
training motivasi
2.
Warga bisa menyebut bagaimana cara memecahkan
masalah
|
Mahasiswa
Kader kesehatan
|
||
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan studi
kasus tentang masalah yang sering dihadapi
|
Pemberdayaan dan
kemitraan
|
1.
Pembinaan keluarga sehat dan anggota keluarga
resiko gangguan jiwa membahas kasus terkait manajemen stress dan di
diskusikan.
2. Pembinaan kelompok
dan masyarakat melalui kunjungan Perawat Puskesmas/Komunitas
3.
Kerjasama LP dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
berupa pengadaan kegiatan rutin Life Skill Education dan LS berupa pelatihan
kewirausaan dari Dinas Perikanan.
|
1.
kader kesehatan
2.
tokoh masyarakat
3.
mahasiswa
4.
materi tentang kesehatan jiwa
|
Aula Kelurahan Patimuan
|
Setiap hari
minggu, dilakukan 2 kali/ 1 minggu
|
Respon Psikomotor
Respon Afektif
|
1.
warga aktif diskusi terkait kasus yang ada
2.
warga terkontrol emosinya dengan kelompok diskusi
tersebut
3. Masyarakat lebih mampu menghadapi kemungkinan
masalah yang ada warga terbuka wawasan dan peluang usaha untuk perbaikan
ekonominya.
|
Mahasiswa
Kader kesehatan
|
||
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu warga kelurahan
patimuan dapat melakukan studi kasus tentang masalah yang sering dihadapi
|
Intervensi
profesional
|
1.
Terapi modalitas keperawatan berupa pemberian
teknik relaksasi nafas dalam.
2.
Terapi komplementer berupa manajemen stress
3.
Pemberian bimbingan keagamaan (spiritual)
|
1.
Perawat
2.
Tokoh masyarakat
3.
Tokoh agama
4.
Mahasiswa
|
Aula KelurahanPatimuan
|
Setiap 2 hari
sekali/minggu
|
Respon verbal
|
1.
Warga merasa lebih tenang
2.
Warga merasa lebih semangat
3.
Warga bisa mengontrol emosinya
|
Mahasiswa dan kader kesehatan
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar