MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
ASUHAN KEPERAWATAN OTALGIA
Oleh kelompok II
Hanung Dwaya (G1D008066)
Dessy aprilia I (G1D008073)
Ahmad Hasan (G1D008078)
Liya alifah (G1D008084)
Mahmudah
Fitriyana (G1D008090)
Wahyu Teten R (G1D008095)
Anggun Nita T (G1D008102)
Khomsatun Munifah (G1D008107)
Witanti ambarsari (G1D008112)
Dria Sunu P (G1D008117)
Imam Prastowo (G1D007079)
Kelas : A2
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
KATA PENGANTAR
Tiada
kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan syukur kami kepada
Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelainan struktur sistem sensori persepsi.
Rasa
terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bersedia
membantu kami dalam pembuatan makalah
ini. Kepada orang
tua kami yang selalu memberikan dukungan moril kepada kami, dan kepada teman-teman
yang dengan ikhlas memberi support kepada kami.
Kami
menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk memperbaiki
kesalahan kami di masa yang akan datang.
Semoga
laporan ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu kelainan struktur sistem sensori persepsi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera
pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan
diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat
membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli
otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi
wicara dan pendidik.
Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan
penyakit , nyeri pada telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa
nyeri pada telinga . karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus
kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ),
maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang
dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh
nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya
akibat nyeri di dekat sendi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari
50% pasien yang mengeluh Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.
B. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah
ini adalah
untuk mengetahui:
1. Mengetahui definisi otalgia
2.
Mengetahui
etiologi otalgia
3. Mengetahui patofisiologi otalgia
4. Mengetahui manifestasi
klinis otalgia
5. Mengetahui komplikasi otalgia
6. Mengetahui pemeriksaan
fisik dan diagnostik otalgia
7. Mengetahui penatalaksanaan
otalgia
8.
Mengetahui
rencana
asuhan
keperawatan
otalgia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai
“sakit telinga”. Otalgia utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam
telinga, otalgia dimaksud adalah nyeri yang berasal luar telinga. Ketika
otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada
telinga luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan
gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.Otalgia
adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya
(nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan
ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Smeltzer, 2001). Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa
rasa sakit di telinga oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran
rasa sakit akibat suatu penyakit di daerah lain di luar telinga
dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang.
B.
Etiologi
Penyebab otalgia dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Otalgia
primer
a.
Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses
inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban
ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena
meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini
biasa disebut sebagai “telinga perenang” ( Bluest D, 1996 ).Otitis eksterna
lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda
utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus
dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif
akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai
dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema
lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin
terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik
akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan
tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b.
Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi
radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago. Tersering mengenai
kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan.
Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang
terjadi bersamaan atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari
beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat
berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c.
Otitis Media
Otitis media akut dapat
mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan
hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut
akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang sering
bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas
influenzae. Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media
supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi
traktus respi ratorius atas. Pada anak dan
orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat
sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul
tinnitus dan demam (Petrus, 1986).
d.
Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai
disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran
timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila
tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam
telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur,
biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus,
1986).
e.
Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul
sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat dan
biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut tidak
mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi,
setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang
menunjukkan mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga
menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan
“sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus
(Petrus, 1986).
f.
Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri
telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada
membrana timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta
gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam,
eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a.
Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh
Nervus Trigeminus (N.V)
1)
Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi,
penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal
rahang atas dan bawah.
2)
Iritasi Sinus Paranasal
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus
pada sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada
telinga.
3)
Lesi di rongga
mulut
4)
Glandula
salivatori
Inflamasi, obstruksi dan
penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis
dapat menimbulkan otalgia
5)
Iritasi
Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor
dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan
nyeri telinga.
b.
Nyeri alih
(Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis
adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis
yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan
antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah
mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s
palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster
otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini
dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.
c.
Nyeri alih
(Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis
akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering
menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah
melakukan tonsilektomi.
d.
Nyeri alih
(Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama
dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan
kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.
e.
Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat
menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing pada
laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
f.
Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus
servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan
limfe di oksipital dan mastoid.
C.
Patofisiologi
D.
Manifestasi klinis
1.
Bayi dan anak-anak
Bayi dan
anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau
menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan
pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari
telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi
telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan
demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului
oleh batuk dan pilek (Susana,
2009).
2.
Pada dewasa
Pada
penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar, remaja dan
dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau
tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat
cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi
telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga
(mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang
telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau
menelan (Susana, 2009).
E.
Komplikasi
Komplikasi
dari otalgia antara lain adalah:
1. Mastoiditis.
Supuratif. Terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat. Terjadi
nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy
2. Petrous
Apicitis
3. Osteomielitisa
4. Paralisis
nervus facialis
5. Sigmoid
Sinus trombosis
6. Infeksi
CN
F.
Pemeriksaan fisik dan diagnostic
1. Pemeriksaan
Fisik
a. Inspeksi:
adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat
sangat menggangu di telinganya.
b. Palpasi:
adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
2. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal sehubungan dengan
keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek
dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat
penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara
mengatasi rasa sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik
menggunakan otoskop atau endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan
diperiksa untuk memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes
Toynbee/Valsava yaitu tes untuk
menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan,
bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat
juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
a. Tes
fungsi
Tes
Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius
b. Tes
pendengaran
Tujuan
dari tes pendengaran adalah menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau
tidak, menentukan derajat kekurangan pendengaran, menentukan lokalisasi
penyebab gangguan pendengaran.
1) Tes
Suara
Tes
Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai
patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
a) Pemeriksa
berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir
pemeriksa.
b) Perintahkan
pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa
untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
c) Bisikkan
kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh
pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan
yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
d) Suruh
pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
e) Sebut
10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.
f) Apabila
penderita tidak atau kurang mendengar huruf desis maka disebut sebagai tuli
persepsi.
g) Apabila
penderita tidak atau kurang mendengar huruf lunak maka disebut sebagai tuli
konduksi
2) Tes
Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan
biasa.
3) Tes
Garpu Tala.
a) Tes
Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
ü Gunakan
garpu tala 256 atau 512 Hz.
ü Getarkan
garpu tala.
ü Letakkan
tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
ü Apabila
bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum
mastoid penderita.
ü Lakukan
hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke
telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
ü Normal
jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita
juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
ü Tuli
Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala
tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
ü Tuli
persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi
penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
b) Tes
Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang
dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
ü Garpu
tala digetarkan.
ü Letakkan
tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
ü Setelah
bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan
meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
ü Kalau
pada posisi 2 masih terdengar bunyi maka
Tes Rinne (+).
ü Kalau
pada posisi 2 tidak terdengar bunyi maka Tes Rinne (–).
ü Kalau
pada posisi 1 terdengar berlawanan maka Tes Rinne ragu -ragu.
c) Tes
Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
ü Garpu
tala digetarkan.
ü Letakkan
tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun,
rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
ü Pada
tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
ü Bisa
didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa
berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
ü Bisa
juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga
kanan.
ü Lateralisasi
ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan
kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat
tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi
tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan
tuli konduksi.
G.
Penatalaksanaan
Pengobatan
untuk otalgia menggunakan antibiotic untuk mengobati penyebab spesifik otalgia
(tonsillitis, faringitis maupun sinusitis). Menggunakan antiviral jika penyebab
otalgia adalah penyakit spesifik disebabkan oleh virus seperti herpes zoster
atau gatal-gatal. Jika penyebab otalgia adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka menggunakan antifungal.
Antiulcer dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia adalah esofagitis
dan gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk otalgia karena
myalgia dan neuralgi. Pengkajian terhadap penggunaan NSaid dilakukan setelah 2
minggu. Analgesik narkotik kuat tidak diindikasikan untuk pengobatan otalgia.
Diet otalgia dikhususkan untuk otalgia yang disebabkan oleh penyakit gigi. diet
makanan lunak dianjurkan untuk menurunkan masalah eksaserbasi. Banyaknya
penyebab otalgia, pembatasan aktivitas secara umum mustahil dilakukan. Penyebab
otalgia yang disebabkan oleh disfungsi sendi temporomandibular harus dipertimbangkan
yang berhubungan dengan aktivitas pengatupan rahang (Anonim, 2008).
H. Rencana asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Fokus
a.
Anamnesis
1)
Keluhan Utama
a)
Keluhan utama didapat dengan
menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu
pertolongan.
b)
Keluhan utama klien dengan otalgia
adalah nyeri telinga, perasaan
penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi
terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam.
c)
Pengkajian nyeri dengan PQRST
d)
Provoking
Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, dan apakah nyeri
bertambah berat bila beraktivitas (Agravation).
e)
Quality
of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien.
f)
Sifat keluhan(Karakter), Dalam hal
ini perlu ditanyakan kepada klien apa maksud dari keluhan-keluhannya.
g)
Apakah sifat nyerinya tajam, tumpul,
seperti ditusuk-tusuk, di remas-remas, seperti terbakar atau kram.
h)
Region:
radiation, relief: dimana Lokasi nyeri harus
ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, dan apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. Severity (Scale) of Pain:
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala
nyeri atau gradasi (0-4) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuannya
i)
Time:
berapa lama
nyeri berlangsung, kapan, dan apakah bertambah buruk pada malam hari atausiang
hari.
2)
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan
adanya gangguan pada telinga atau yang berhubungan dengan telinga seperti: masuknya
benda asing pada telinga, trauma, otitits eksterna, infeksi bakteri, infeksi
virus myringitis, otitis media, gangguan pada tuba eustachius, sakit gigi,
sakit tenggorok, tonsillitis, atau gangguan sendi pada rahang.
3)
Riwayat kesehatan keluarga
4)
Meliputi penggambaran lengkap
masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan pendengaran.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik harus mencakup otologik yang lengkap, neoro-otologic, kepala, dan pemeriksaan leher.
a.
Inspeksi
b.
Inspeksi daun
telinga
Caranya:
Dewasa : ditarik keatas-kebelakang
Dewasa : ditarik keatas-kebelakang
Anak
: Kebelakang
Bayi
: kebawah
c.
Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
3.
Diagnosis Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis, fisik , kimia
b.
Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi
c.
Gangguan
sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
d.
Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya
e.
Kurang pengetahuan berhubunagn
dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
f.
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan nyeri
g.
Isolasi sosial berhubungan dengan
nyeri
h.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4. Rencana
Asuhan Keperawatan
Dignosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kreteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Nyeri akut bd agen cedera
biologis, fisik, kimia
|
Tujuan : Setelah diberikan
tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
|
1.
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-4)
2. Ajarkan tehnik relaksasi
progresif, nafas dalam guided imagery.
3.
Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
|
Dapat
mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
Membantu
klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari
nyeri.
Membantu
mengurangi nyeri
|
|||||||||||||
Diagnosis
keperawatan
|
Tujuan dan
kreteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Nyeri b/d proses inflamasi
|
Tujuan : Setelah diberikan
tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan
ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
|
1. Kaji
tingkat nyeri ssi skala nyeri
|
Memberi info untuk mengkaji respon
terhadap intervensi
|
|||||||||||||
2.
Kaji dan
catat respon pasien terhadap intervensi
|
membantu dalam memberi intervensi
selanjutnya
|
|||||||||||||||
3.
Kolaborasi
beri preparat analgetik
|
mengurangi nyeri
|
|||||||||||||||
4.
Memasang
sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema
|
untuk menjaga kanalis tetap
terbuka
|
|||||||||||||||
Diagnosis
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Gangguan sensori persepsi
(auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
|
Tujuan : Setelah diberikan
tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat |
1.
Observasi
ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
|
Mengetahui tingkat ketajaman
pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
|
|||||||||||||
Kreteria hasil :
- Pasien dapat
mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak
suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan
gesekan tangan
-
Pasien
tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
|
2.
Berikan
lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
|
. Membantu untuk menghindari
masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas
tenang
|
||||||||||||||
3.
Anjurkan
pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
|
Mematuhi program terapi akan
mempercepat proses penyembuhan
|
|||||||||||||||
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kreteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Ansietas b/d kurang pengetahuan
ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya
|
Tujuan : mengurangi ansietas
Kriteria Hasil :
-
Klien tidak menampakkan tanda- tanda gelisah
-
Klien terlihat tenang
|
Dengarkan dgn cermat apa yg
dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
|
mendengar memungkinkan deteksi dan
koreksi mengenai kesalahpahaman dan kesalahan informasi
|
|||||||||||||
Berikan penjelasan singkat ttg
organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak lanjut
|
pengetahuan ttg diagnosa spesifik
dan tindakan dapat meningkatkan kepatuhan
|
|||||||||||||||
Berikan kesempatan pada klien
untuk bertanya dan berdiskusi
|
pertanyaan klien menandakan
masalah yg perlu diklarifikasi
|
|||||||||||||||
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Kurang pengetahuan b.d.kurang
terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan
mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
Kreteria hasil :
-
Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
-
Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan
petunjuk kesiapan belajar
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien.
|
Mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan
intervensi
|
|||||||||||||
2.
Berikan
informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
|
Meningkatkan pemahaman klien
tentang kondisi kesehatan
|
|||||||||||||||
3.
Berikan
penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan
|
Mengurangi tingkat kecemasan dan
membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan
|
|||||||||||||||
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kreteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan nyeri
|
Tujuan : klien dapat melakukan
aktivitas dengan baik
Kreteria hasil :
-
Klien bisa beraktivitas
-
Klien tidak mempunyai masalah dalam beraktifitas.
|
1. Kaji
tingkat intoleransi klien
|
Untuk
mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya
|
|||||||||||||
2. Bantu
klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
|
: Bantuan
terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
|
|||||||||||||||
3. Anjurkan
klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
|
Aktivitas yang ringan dapat
membantu mengurangi energy yang keluar
|
|||||||||||||||
4. Libatkan
keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien
|
Keluarga memiliki peranan penting
dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan
|
|||||||||||||||
5.
Ajurkan klien untuk istirahat yang cukup
|
Istirahat
yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.
|
|||||||||||||||
Diagosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kreteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Isolasi sosial berhubungan dengan
nyeri
|
Tujuan : pola koping klien adekuat
Kreteria Hasil :
-
Klien memiliki koping adekuat
-
Klien tidak mengalami isolasi social
-
Klien bisa berinteraksi dengan orang lain
|
1.
Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang
dialaminya
|
Untuk mengetahui tingkat koping
pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya
|
|||||||||||||
2.
Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit
yang dialami klien
|
Pola
koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penyakitnya
|
|||||||||||||||
3.
Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit
yang dialami klien.
|
Informasi adekuat dapat
memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya
|
|||||||||||||||
4.
Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi
penyakitnya
|
Motivasi
dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan
sehingga klien tidak merasa sendirian.
|
|||||||||||||||
5. Anjurkan
keluarga untuk selalu memotivasi klien
|
Motivasi dari keluarga sangat
membantu proses koping pasien
|
|||||||||||||||
Diagnosis
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kreteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||||||
Tujuan : klien tidak
mengalami gangguan pola tidur
Kreteria hasil :
-
Klien mengatakan tidurnya cukup
-
Klien mengatakan tidurnya nyenyak
|
1. Kaji pola
tidur klien
|
untuk mengetahui bagaimana pola
tidur klien
|
||||||||||||||
2. Mininalkan
suasana lingkungan
|
lingkungan yang tenang dapat
membantu klien untuk beristirahat
|
|||||||||||||||
3. Anjurkan
klien untuk minum air hangat sebelum tidur
|
Minum air hangat dapat membantu
klien lebih relaksasi dan lebih nyaman
|
|||||||||||||||
4. Ajarkan
klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur
|
Membantu klien untuk mengurangi
persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri yang menghambat
tidur klien.
|
|||||||||||||||
5. Pemberian
obat analgesik
|
membantu mengurangi nyeri
|
|||||||||||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar