Senin, 04 Juni 2012

asuhan keperawatan otalgia


MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
ASUHAN KEPERAWATAN OTALGIA
Oleh kelompok II

Hanung Dwaya                  (G1D008066)
Dessy aprilia I                     (G1D008073)
Ahmad Hasan                     (G1D008078)
Liya alifah                           (G1D008084)
Mahmudah Fitriyana        (G1D008090)
Wahyu Teten R                  (G1D008095)
Anggun Nita T                   (G1D008102)
Khomsatun Munifah         (G1D008107)
Witanti ambarsari              (G1D008112)
Dria Sunu P                        (G1D008117)
Imam Prastowo                  (G1D007079)





Kelas : A2



KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan paling bermakna, kecuali Puji dan syukur kami kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelainan struktur sistem sensori persepsi.
Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bersedia membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kepada orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moril kepada kami, dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support kepada kami.
Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan kami di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu kelainan struktur sistem sensori persepsi.


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
            Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit , nyeri pada telinga disebut juga dengan Otalgia. Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga . karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga ), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh Otalgia tidak ditemukan penyakit  telinganya.
B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Mengetahui definisi otalgia
2.      Mengetahui etiologi otalgia
3.      Mengetahui patofisiologi otalgia
4.      Mengetahui manifestasi klinis otalgia
5.      Mengetahui komplikasi otalgia
6.      Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik otalgia
7.      Mengetahui penatalaksanaan otalgia
8.      Mengetahui rencana asuhan keperawatan otalgia


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
Otalgia adalah telinga nyeri, sering disebut sebagai “sakit telinga”. Otalgia utama ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, otalgia dimaksud adalah nyeri yang berasal luar telinga. Ketika otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya menunjukkan beberapa kelainan pada telinga luar atau tengah. Otalgia mungkin atau tidak dapat dikaitkan dengan gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Smeltzer, 2001). Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di daerah lain  di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit yang dialami seseorang. 

B.     Etiologi
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Otalgia primer
a.       Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang” ( Bluest D, 1996 ).Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b.      Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c.       Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas.  Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan  gangguan pendengaran, dapat juga  timbul tinnitus dan demam (Petrus, 1986).
d.      Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).
e.       Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).
f.       Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a.       Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
1)      Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.
2)      Iritasi Sinus Paranasal
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.
3)      Lesi di rongga mulut
4)      Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia
5)      Iritasi Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.
b.      Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.
c.       Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
d.      Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.
e.       Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
f.       Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.



















C.    Patofisiologi

D.    Manifestasi klinis
1.      Bayi dan anak-anak
Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek (Susana, 2009).
2.      Pada dewasa
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan (Susana, 2009).

E.     Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1.      Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat. Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy
2.      Petrous Apicitis
3.      Osteomielitisa
4.      Paralisis nervus facialis
5.      Sigmoid Sinus trombosis
6.      Infeksi CN

F.     Pemeriksaan fisik dan diagnostic
1.    Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat menggangu di telinganya.
b.      Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
2.    Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava  yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
a.    Tes fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius
b.    Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak, menentukan derajat kekurangan pendengaran, menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
1)   Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
a)      Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
b)      Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
c)      Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
d)     Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
e)      Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.
f)       Apabila penderita tidak atau kurang mendengar huruf desis maka disebut sebagai tuli persepsi.
g)      Apabila penderita tidak atau kurang mendengar huruf lunak maka disebut sebagai tuli konduksi
2)   Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.
3)   Tes Garpu Tala.
a)      Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
ü  Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
ü  Getarkan garpu tala.
ü  Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
ü  Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum mastoid penderita.
ü  Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
ü  Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
ü  Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
ü  Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
b)      Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
ü  Garpu tala digetarkan.
ü  Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
ü  Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
ü  Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi  maka Tes Rinne (+).
ü  Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi maka Tes Rinne (–).
ü  Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan maka Tes Rinne ragu -ragu.
c)      Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
ü  Garpu tala digetarkan.
ü  Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
ü  Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
ü  Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
ü  Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.
ü  Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.

G.    Penatalaksanaan
Pengobatan untuk otalgia menggunakan antibiotic untuk mengobati penyebab spesifik otalgia (tonsillitis, faringitis maupun sinusitis). Menggunakan antiviral jika penyebab otalgia adalah penyakit spesifik disebabkan oleh virus seperti herpes zoster atau gatal-gatal. Jika penyebab otalgia adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka menggunakan antifungal. Antiulcer dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia adalah esofagitis dan gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk otalgia karena myalgia dan neuralgi. Pengkajian terhadap penggunaan NSaid dilakukan setelah 2 minggu. Analgesik narkotik kuat tidak diindikasikan untuk pengobatan otalgia. Diet otalgia dikhususkan untuk otalgia yang disebabkan oleh penyakit gigi. diet makanan lunak dianjurkan untuk menurunkan masalah eksaserbasi. Banyaknya penyebab otalgia, pembatasan aktivitas secara umum mustahil dilakukan. Penyebab otalgia yang disebabkan oleh disfungsi sendi temporomandibular harus dipertimbangkan yang berhubungan dengan aktivitas pengatupan rahang (Anonim, 2008).

H.    Rencana asuhan keperawatan

1.      Pengkajian Fokus
a.       Anamnesis
1)      Keluhan Utama
a)      Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan.
b)      Keluhan utama klien dengan otalgia adalah nyeri telinga,  perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam.
c)      Pengkajian nyeri dengan PQRST
d)     Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi  faktor penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, dan apakah nyeri bertambah berat bila beraktivitas (Agravation).
e)      Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
f)       Sifat keluhan(Karakter), Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada klien apa maksud dari keluhan-keluhannya.
g)      Apakah sifat nyerinya tajam, tumpul, seperti ditusuk-tusuk, di remas-remas, seperti terbakar atau kram.
h)      Region: radiation, relief: dimana Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, dan apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau gradasi (0-4) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuannya
i)        Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, dan apakah bertambah buruk pada malam hari atausiang hari.
2)      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan adanya gangguan pada telinga atau yang berhubungan dengan telinga seperti:  masuknya benda asing pada telinga, trauma, otitits eksterna, infeksi bakteri, infeksi virus myringitis, otitis media, gangguan pada tuba eustachius, sakit gigi, sakit tenggorok, tonsillitis, atau gangguan sendi pada rahang.
3)      Riwayat kesehatan keluarga
4)      Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan pendengaran.
2.      Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik harus mencakup otologik yang lengkap, neoro-otologic, kepala, dan pemeriksaan leher.
a.       Inspeksi
b.      Inspeksi daun telinga
Caranya:
Dewasa           : ditarik  keatas-kebelakang
Anak              : Kebelakang
Bayi                : kebawah
c.       Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.      


3.      Diagnosis Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik , kimia
b.       Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
c.        Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
d.      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya
e.       Kurang pengetahuan berhubunagn dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
f.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
g.      Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri
h.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

4.      Rencana Asuhan Keperawatan  
Dignosa keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Nyeri akut bd agen cedera biologis, fisik, kimia
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-          Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-          Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-4)

2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.


3. Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
 Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
Membantu mengurangi nyeri
Diagnosis keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional

Nyeri b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
-          Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
1.      Kaji tingkat nyeri ssi skala nyeri
Memberi info untuk mengkaji respon terhadap intervensi

2.      Kaji dan catat respon pasien terhadap intervensi
membantu dalam memberi intervensi selanjutnya

3.      Kolaborasi beri preparat analgetik
mengurangi nyeri

4.      Memasang sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema
untuk menjaga kanalis tetap terbuka

Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional

Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat
1.      Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya

Kreteria hasil :
-  Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
-    Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
2.      Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang

3.      Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional

Ansietas b/d kurang pengetahuan ttg penyakit, penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya
Tujuan : mengurangi ansietas
Kriteria Hasil :
-          Klien tidak menampakkan tanda- tanda gelisah
-          Klien terlihat tenang
Dengarkan dgn cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman dan kesalahan informasi

Berikan penjelasan singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak lanjut
pengetahuan ttg diagnosa spesifik dan tindakan dapat meningkatkan kepatuhan

Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan berdiskusi
pertanyaan klien menandakan masalah yg perlu diklarifikasi

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan

Kreteria hasil :
-          Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
-          Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi
2.      Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
3.      Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan
Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kreteria Hasil
Intervensi
Rasional
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
Kreteria hasil :
-          Klien bisa beraktivitas
-          Klien tidak mempunyai masalah dalam beraktifitas.
1.      Kaji tingkat intoleransi klien
Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya
2.      Bantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
: Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
3.      Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar
4.      Libatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien
Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan
5.      Ajurkan klien untuk istirahat yang cukup
Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.
Diagosa Keperawatan
Tujuan dan Kreteria Hasil
Intervensi
Rasional
Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri
Tujuan : pola koping klien adekuat

Kreteria Hasil :
-          Klien memiliki koping adekuat
-          Klien tidak mengalami isolasi social
-          Klien bisa berinteraksi dengan orang lain
1.      Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminya
Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya
2.      Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klien
Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penyakitnya
3.      Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.
Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya
4.      Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnya
Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.
5.      Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien
Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien
Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kreteria Hasil
Intervensi
Rasional
Tujuan :  klien tidak mengalami gangguan pola tidur

Kreteria hasil :

-          Klien mengatakan tidurnya cukup
-          Klien mengatakan tidurnya nyenyak

1.      Kaji pola tidur klien
untuk mengetahui bagaimana pola tidur klien
2.      Mininalkan suasana lingkungan
lingkungan yang tenang dapat membantu klien untuk beristirahat
3.      Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur
Minum air hangat dapat membantu klien lebih relaksasi dan lebih nyaman
4.      Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur
Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri yang menghambat tidur klien.
5.      Pemberian obat analgesik
membantu mengurangi nyeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar